BELAJAR –MENGAJAR DALAM KITAB IHYA’ ULUMIDDIN
AL-GHOZALI
Oleh: Hartono Junaidi
HAKIKAT DAN KONSEP BELAJAR
Al-ghzali mengawali belajar dengan anak didik mengetahui ketutamaan belajar yaitu :
1.Dalam al qur’an , mengapa tidak pergi tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama (at-taubah : 122)
2.Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan jika kamu tidak mengetahui ( An- Nahl : 43)
3.Sesungguhnya malaikat itu mementanngkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu (belajar) karena ridho kepada yang ia lakukan (hr. Buhori muslim dari hadis abu huraurah)
4.Sungguh kamu pergi lalu kamu belajar satu bab dari ilmu itu, lebih baik dari pada kamu sjolat setatus rekaat (hr. ahmad)
5.Menuntut ilmu (beajar) fardu bagi (wajib) umat muslim (hr. Abu naim)
6.Ilmu itu gudang dan kuncinya adalah berta nya. Ketahuilah maka bertanyalah, sungguh padanya diberi pahala empat orang yaitu : penanya, orang yang berilmu, pendengar, dan orang yang senang kepada mereka (HR. At-Tabrani)
7.Mengahadiri majlis orang alim (berilmu) adalah lebih utama daripada sholat seribu raka’at, menjenguk orang sakit dan menghadiri seribu jenazah ‘’, lalu ditanyakan : wahai rasulullah dan dari membaca al-qur’an ?’’ lalu beliau SAW bersabda : apakah al-qur’an itu bermanfaat kecuali dengan ilmu (hadis disebutkan oleh ibnu al-jauzi)
8.Abud darra’ ra : sungguh saya belajar satu masalah lebih saya sukai dari pada mendirikan shalat malam (shalat sunat pada malah hari)’’ dan ia berkata juga : Orang yang berilmu dan orang yang belajar ilmu itu adalah Sekutu dalam kebaikan, sedangkan seluruh manusia lainnya adalah dungu tidak ada kebaikan kepadanya. Dan ia berkata juga : Jadilah orang pandai atau orang belajar atau orang yang mendengarkan (ilmu) dan jangan kamu menjadi orang ang keempat (orang dungu) maka kamu binasa.
9.Asya-fii ‘ra berkata : menuntut ilmu itu adalan lebih utama dari pada solat sunnat
ETIKA BELAJAR (ANAK DIDIK)
Adapun anak didik maka etika kesopanannya dan tugas-tugasnya yang nampak itu banyak, tetapi pengelompokannya tersusun dalam sepuluh kalimat yaitu
1.Tugas pertama : mendahulukan kesucian jiwa dari etika yang hina dan sifat-sifat yang tercela. Karena ilmu adalah ibadahnya hati, dan solatnya sinar dan pendekatan batin kepada allah ta’ala.
2.Tugas kedua : mensedikitkan hubungan-hubungannya dengan dengan kesibukan dunia, dan menjauh dari keluarga dan tanah air, karena hubungan-hubungan itu menyibukkan dan memalingkan. Al-ghazali menjelaskan bahwa : betapaun pikiran itu terbagi-bagi maka pikiran itu terbatas dari mengetahui hakikat-hakikat.
3.Tugas ketiga : tidak sombong karena ilmu dan tidak menentang guru namun ia serahkan kendali urusannya kepada guru itu secara keseluruhan dalam stia rincian, dan mendengarkan nasihatnya.
4.Tugas keempat : orang yang baru menerjunkan diri dalam ilmu pada awal langkahnya agar menjaga diri dari mendengan pendapat manusia yang berbeda-beda. Baik ia menerjunkan diri dari ilmu-ilmu dunia ataupun akhirat.
5.Tugas kelima : orang yang mencari ilmu itu tidak meninggalkan satu vak ilmu-ilmu yang terpuji, dan tidak pula salah satu macam-macamnya kecuali ia melihat padanya dengan pandangan yang menilik kepada tujuan dan penghabisan, kemudian jika ia mempunyai umur maka ia memperdalaminya.
6.Tugas keenam : ia tidak menerjunkan diri didalam suatu vak ilmu sekaligus, tetapi ia menjaga tertib/urutan, dan ia memulai dengan yang paling penting.7.Tugas ketujuh : tidak menerjunkan diri ke dalam satu vak ilmu sehingga ia menguasai secara baik vak yang sebelumnya, karena ilmu itu bertingka-tingakat dengan tingkatan yang pasti.
8.Tugas kedelapan : ia mengetahui sebab yang dapat untuk mengetahui semulia-mulia ilmu, yaitu ada dua “ kemuliaan buah ilmu” dan “kepercayaan dalil dan kekuatannya”
9.Tugas yang kesembilan: tugas murid sekarang adalah menghiasi dan mengindahkan batinnya dengan keutamaan, dan besok adalah mendekatkan diri kepada Allah yang maha suci, dan mendaki untuk bertetangga dengan kelompok yang tinggi dari para malaikat dan orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Dan dengannya (ilmu) ia tidak bermaksud untuk memperoleh kepemimpinan, harta, dan pangkat, berdebat dengan orang bodoh dan berbangga terhadap teman-teman.
10.Tugas kesepuluh adalah ia mengetahui nisbat/ kaitan ilmu-ilmu dengan tujuannya, sebagaimana tujuan yang tinggi dan mendekat, itu berpengaruh kepada tujuan yang jauh, dan yang penting berpengaruh atas yang lainnya. Pengertian pentind adalah sesuatu yang penting bagimu dan dan tidaklah penting bagimu kecuali urusanmu mengenai dunia dan akhirat.
ETIKA MENGAJAR (GURU)
Betapapun kesibuan guru dan ia telah menyandang urusan besar dan juga ada bahaya besar maka peliharalah tata kesopanan dan tugas-tuganya yaitu:
1.Tugas yang pertama adalah belas kasih kepada orang-orang yang belajar dan memperlakukan mereka seperti memperlakukan anak-anaknya, rasullullah bersabda ‘’ sesungguhnya saya bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya. (HR. Abu Daud).
2.Tugas yang kedua adalah ia mengikuti pemilik syara’ (nabi) SAW. Maka ia tidak di upah karena memberitahukan (mengajarkan) ilmu, dan tidak bermaksud balasan dan terima kasih dengannya, tetapi ia mengajar dengan karena mencari keridhaan allah ta’ala dan mendekatkan diri kepadaNya.
3.Tugas yang ketiga adalah jangan ia meninggalkan sedikitpun dari nasihat-nasihat guru, demikian itu cegahan guru untuk memasuki tingkatan sebelum ia berhak, dan sibuk dengan ilmu yang samar sebelum selesai dari ilmu yang jelas.
4.Tugas yang keempat adalah hal-hal yang halus dari pekerjaan mengjar, yaitu mencegah murid dari akhlak yang buruk dengan jalan sindiran, sedapat mungkin tidak dengan terang-terangan, dengan jalan kasih sayang, tidak dengan jalan membuka rahasia. karena terang-terangan itu merusak tirai kewibawaan dan menyebabkan berani menyerang karena perbedaan pendapat.
5.Tugas yang kelima adalah orang yang bertanggung jawab dengan sebagian ilmu itu seyogya untuk tidak memburukkan ilmu-ilmu yang diluar keahliannya dikalangan muridnya. Seperti ilmu bahasa memburukkan ilmu fiqih.
6.Tugas yang keenam adalah ia mencukupkan bagi murid itu menurut kadar pemahamannya, maka ia tidak menyampaikan kepada murid suatu yang tidak terjangkau oleh akalnya.
7.Tugas yang ketujuh adalah seyogyanya menyampaikan kepada murid yang pendek (akal) akan sesuatu yang jelas dan patut baginya, dan ia tidak menyebutkan kepadanya bahwa di balik ini ada sesuatu yang detail dimana ia menyimpannya dari padanya.
8.Tugas yang kedelapan adalah guru itu mengamalkan ilmunya. Janganlah ia mendustakan perkataannya karena ilmu itu diperoleh dengan pandangan hati sedangkan pengalaman itu diperoleh dengan pandangan mata.
NB: Etika belajar mengajar adalah judul skripsi ongos,sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan di IDIA prenduan madura, yang insyaallah akan dikaji dalam waktu terdekat dan penulis minta do’anya agar senantiasa penulis dimudahkan oleh allah untuk mengkaji karya2 al-ghazali. (amien)
0 komentar:
Post a Comment