Sunday 23 May 2010

GALILEO SOK PINTER

Pembodohan wahyu ciptaan manusia oleh galileo
Dalam taradisi islam, wahyu merupakan landasan terpenting muslim ketika mengamalkan atau menginterprestasikan agama kea lam kehiupan sehari-seharinya. Oleh karena menginterprestasikan wahyu itulah, wahyu itulah seseorang disebut sebagai muslim. Ketika seorang muslim mampu menginterprestasikan wahyu itu secara lengkap, derajatnya naik menjadi mukmin. Ketika simukmin itu mampu menginterprestasikan wahyu itu secara sempurna, lahir dan batin kemudian berketetapan hati untuk selalu perpegang padanya baik dalam keadaan senang maupun susah derajat si mukmin naik lagi menjadi muttaqin (orang yang bertakwa). Jtemen-temen yang budiman, kita sebagai umat muslim sangat mudah menghasilkan pahala, maaf yh bukan menghasilkan duit tau, soalnya penjelasan yang diatas sangat mudah dimengerti oleh semua yang baca blog ini.oleh karena itu, keabsahan sepenggal wahyu, baik berupa pikiran ilahi ataupun sabda sang nabi., harus diketahui olah seorang secara pasti atau setidaknya dipandang tidak bertentangan dengan wahyu yang iketahui lainnya sebelum wahyu itu di amalkan. Apabila seorang muslim menemukan sepenggal kalimat yang berisi peraturan untuk beribadah atau membicarakan hal-hal penting selain ibadah namun bertentangan dengan kalimat wahyu yanlain , si muslim wajib curiga dan diharuskan menelitinya.pasti ada sesuatu dibalik pertentangan itu. Kalo bukan cara penafsirannya yang salah, pasti sepenggal kalimat peraturan sebagai wahyu yang di sucikan, sebab didalam terkandung cacat atu kepalsuan yang tidak bisa ditoleransi, apa pun alasannya. Galileo begitu pula orang Kristen cerdas lainnya pasti kebingungan saat berhadapan dengan sepenggal kalimat yang di yakini sebagai wahyu suci dari tuhan, tetapi mengandung cacat yang sangat bertentangan dengan realitas yang sudah pasti. Kebingungan mereka setara dengan kebingungan seorang muslim tatkala berhadapan dengan hadits (kabar) dhif atau maudhu,. Namun kelebihan si uslim ialah dia bisa menerima hadit tersebut dengan jalan meneliti sumber periwayatnya. Dia juga bisa merujuk kepada buku-buku hadits yang susun oleh ulama-ulama yang ahli. Sedangkan, orang Kristen tidak ada jalan lain selain memercayainya. Percaya tidak percaya , "elan saja,'' demikian kesimpulan akhirnya.ehhh sory yah jadi nulis erius nih memang kayak gini yang aku dapet dari informasi2 buku tentang Galileo. Dan juga yang terjadi pada kasus Galileo walaupun dia berkilah dengan kecerdasan retorikanya dia tida bisa menghapus kejanggalan sepenggal kalimat yang telah terlanjur deanggap suci. Malah retorikanya itu semakin memperburuk citranya dihadapan otoritas gereja atau agamawan, yang justru sangat fanatic.kepada "kitab suci". Temen2 kita dapat melihat bagaimana kukuhnya Galileo mempertahankan keabsahan ayat al-kitab berbarangan dengan kekukuhannya mempertahankan kebenaran hasil analisisnya dibidang ilmu pengetahuan. Padahal , kedua kebenaran tersebut saling bertentangan sedemikian tajam , baik dalam bentuk lahiriah maupun sebtansi yang dikandungnya.
" bagiku kitab suci tidak bisa salah" , ujar Galileo mempertahan kan kesucian al-kitab bersamaan pembelaannya terhadap teori ilmiyahnya." Ketetapan2 di dalamnya mutlak benar dan tidak tergoyahkan. Aku hanya ingin menambahkan bahwa biar pun kitab suci tidak bisa salah, penafsiran terhadapnya bisa saja salah melalui banyak cara … ketika mereka mengartikannya hanya secara harfiah karta per kata saja. Jika ini terjadi, bukan hanya kontra diksi yang akan muncul, tetapi juga bisa menggali kekufuran dan penghujatan karena kita memanusiakan tuhan, menisbahkan kepadanya tangan, kaki dan mata, juga emosi-emosi manusiawi semacam amarah, rasa sesal, kebencian, melupakan masa lalu dan ketidak tahuan masa depan .( dava sobel, 2004:81) memang orang pinter itu , memang cerdas bikin alasan yang ilmiyah…apakah andan ingin kayak Galileo ? kalo aku sih amu tapi ilmunya duang he hehe…..22-05-10 hartono junaidi

0 komentar:

Post a Comment